Selasa, 19 Juni 2012

SEJARAH ISTANA BOGOR

SEJARAH ISTANA BOGOR

ISTANA BOGOR
Istana Bogor merupakan salah satu di antara 6 buah istana kepresidenan Republik Indonesia yang ada di Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri, dibanding dengan istana lainnya, karena mempunyai aspek historis, kebudayaan dan fauna yang menonjol. Pada saat ini Istana Bogor hanya tinggal mempunyal aspek kebudayaan dan fauna, sebab berbagai upaya kenegaraan sudah tidak dilakukan lagi di sana, dan di samping itu khalayak umum diperbolehkan mengunjungi secara rombongan, dengan sebelumnya meminta ijin ke Sekretaris Negara, c.q. Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.
Istana Bogor yang mempunyai bentuk arsitektur menawan ini telah dibuka untuk kunjungan umum sejak tahun 1968 atas restu dari Bapak Presiden Suharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri setahunnya mencapai sekitar 10 ribu orang.
SEJARAH ISTANA BOGOR
Istana Bogor yang terkenal saat ini, dahulunya bernama Buitenzorg atau San Souci, hanya merupakan sebuah tempat pesanggrahan dari Gubernur Jenderal G. W. Baron Van Imhoff yang luas halamannya mencapai 28.4 hektar dan dengan luas bangunan 14.892 meter persegi. lstana Bogor ini dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga. Namun pada tahun 1834 beberapa bagian dari istana itu roboh dan hancur akibat adanya gempa yang melanda daerah Bogor dan sekitarnya karena meletusnya Gunung Salak.
Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa itu. Pada tahun 1870, istana Bogor dijadikan tempat kediaman resmi dari Gubernur Jenderal Belanda. Selama masa Gubernur Jenderal Belanda maupun lnggris (DaendeIs Van der Cappelen dan Sir Thomas Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan.
Istana Bogor sebagai tempat kediaman resmi dari Gubernur Jenderal Belanda maupun Presiden Republik Indonesia mempunyai bangunan induk dengan sayap kiri serta kanan. Sebelumnya Istana Bogor dilengkapi dengan sebuah kebun besar, yang dikenal sebagai Kebun Raya namun pada akhirnya sesuai dengan kebutuhan akan Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan tentang tanaman tropis, Kebun Raya dilepas dari naungan istana (1817).
Bangunan induk Istana Bogor terdiri dari kantor pribadi Kepala Negara, Perpustakaan, Ruang makan, Ruang sidang menteri-menteri dan Ruang pemutaran film, Ruang Garuda merupakan tempat upacara resmi, ruang teratai, sayap tempat penerimaan tamu-tamu negara. Sedangkan kanan dan kiri digunakan untuk ruang tidur tamu-tamu agung seperti Kepala Negara/Pemerintahan, para menteri dan sebagainya. Bahkan pada tahun 1964 dibangun khusus untuk istirahat Bapak Presiden dan keluarganya, yang dikenal dengan nama Dyah Bayurini.

Istana Kepresidenan Bogor

Istana Bogor terletak di pusat kota Bogor, Jawa Barat, lebih kurang 60 km dari Jakarta. Komplek istana ini terletak di atas tanah seluas sekitar 28 hektar, yang ditumbuhi oleh kira-kira 100 buah pohon besar. Di halaman rumput yang membentang luas hidup bebas ratusan ekor rusa.
Pada 10 Agustus 1744, Gubernur Jendral G W Baron van Imhoff mengadakan inspeksi ke daerah Cianjur, Jawa Barat, yang kemudian menemukan tempat yang dianggap strategis dan cocok untuk beristirahat yaitu di daerah Bogor.
Pada 1745, Gubernur Jenderal tersebut memerintahkan untuk membangun sebuah gedung pesanggrahan dengan arsiteknya meniru bangunan gedung Bleinheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat Oxford di Inggris, dan bangunan ini diberi nama Buitenzorg, yang artinya "bebas masalah/kesulitan".
Pada 1750-1754 pesanggrahan ini mengalami kerusakan akibat serangan pasukan yang dipimpin oleh Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang yang kemudian diadakan perbaikan dengan tetap mempertahankan bentuknya pada masa Gubernur Jenderal Jacob Mossel.
Pada 1808-1811 Gubernur Jenderal Willem Daendels menambah gedung di sebelah kiri dan kanan gedung induk, sedangkan gedung induk dijadikan dua tingkat. Untuk menghias halaman yang luas itu, didatangkan dan dipelihara enam pasang rusa yang berasal dari perbatasan India dan Nepal. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van der Capellen (1817-1826) terjadi penambahan bangunan yaitu dibangunnya sebuah menara di tengah-tengah gedung induk. Pada 10 Oktober 1834 terjadi gempa bumi yang mengakibatkan bangunan ini rusak berat. Pada 1850, pada masa Gubernur Jenderal Duy Mayer van Twist, bangunan lama dirubuhkan dan dibuat bangunan baru satu tingkat dengan gaya bangunan Eropa abad kesembilan belas. Selain itu diadakan penambahan dengan dibangunnya dua buah jembatan penghubung antara gedung induk dan gedung sayap kanan serta sayap kiri, namun pada perkembangannya jembatan penghubung ini dirubah menjadi koridor. Bangunan tersebut sempurna pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pahud de Montanger (1856-1861). Pada 1870 Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jenderal Belanda. Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh-Stachower adalah orang terakhir yang menggunakan Istana Buitenzorgh, yang kemudian menyerahkannya kepada pemerintah pendudukan Jepang yang kemudian dikalahkan oleh tentara sekutu pada akhir Perang Dunia II.
Dengan adanya pernyataan kemerdekaan RI, kira-kira 200 pemuda Indonesia yang tergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat menduduki Istana Buitenzorg dan mengibarkan bendera merah putih yang kemudian dipaksa meninggalkan istana tersebut oleh tentara Gurkha. Pada akhir 1949 istana Buitenzorg yang kemudian disebut Istana Bogor diserahkan Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Pemerintah Indonesia mulai memakai Istana Bogor pada Januari 1950. Pada 1952 di bagian depan induk ditambahkan bangunan tambahan yang ditopang oleh sepuluh pilar bergaya Ionia, menyatu dengan serambi muka yang ditopang oleh pilar berjumlah enam yang bergaya sama. Anak tangga yang semula berbentuk setengah lingkaran diubah bentuknya menjadi lurus.
Istana Bogor adalah sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden. Beberapa peristiwa penting dan bersejarah yang pernah terjadi di Istana ini antara lain Konferensi Lima Negara pada 28-29 Desember 1954, pembahasan masalah konflik Kamboja yang dikenal dengan JIM pada 25-30 Juli 1988 dan pertemuan APEC pada 15 November 1994 serta peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia adalah penandatanganan Surat Perintah 11 Maret 1966.
Bangunan utama Istana Bogor disebut Gedung Induk, didalamnya terdapat Ruang Teratai, Ruang Garuda, Ruang Film, Ruang Perak, Ruang Kerja, Ruang Makan, Pantri dan beberapa ruang tidur serta ruang induk melengkapi baik disayap kanan dan kiri.
Kecuali bangunan utama terdapat pula bangunan perkantoran, polikklinik, pergudangan, pos jaga, ruang serba guna, museum dan beberapa paviliun.
Di samping mengelola Istana tersebut, Kepala Istana Bogor berkewajiban pula merawat tempat peristirahatan Pesanggrahan Tenjoresmi di tepi laut Selatan, 110 kilometer dari kota Bogor yang terletak didesa Pelabuhan Ratu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar